Jumat, 08 Februari 2008

Sejarah Kerajaan Mogul

Kerjaan Islam di anak benua India, berdiri antara tahun 1526 sampai 1858. Dinasti Mongol di India di didirikan oleh seseorang penjarah dari Asia Tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur, salah seorang keturunan Timur Lenk (771-807 H/1370-1405 M). dari etnis Mongol, keturunan Jengiz Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di Asia Tengah pada abad ke-15, kerajaan ini berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kerajaan Turki Usmani (Kerajaan Ottoman), dan di Persia Kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi negara adikuasa di dunia. Mereka menguasai perekonomian, politik, serta militer, dan mengembangkan kebudayaan yang monumental.

Zahiruddin Muhammad Babur naik tahta untuk pertama kali sebagai penguasa Fergana di Asia Tengah, mengantikan ayahnya Umar Mirza pada tahun 1500. setelah naik tahta, ia mencanagkan obsesinya untuk menguasai seluruh wilayah Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan Uzbekistan, bahkan pada tahun 1504 ia kehilangan Fergana.

Berkat bantuan dari Isma’il I (memerintah 907-930 H/1500-1524M) dari Kerajaan Safawi, Babur dapat menguasai Kabul pada tahun 1512. Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah timur sehingga pada tahun 1526 ia dapat merebut Delhi dari Dinasti Lody.

Keberhasilan itu diraih melalui perjuangan panjang. Ibrahim Lody (memerintah 923-932 H/1517-1526 M), penguasa Delhi dari Afghan, kehilangan pengaruh dari mata para pendukungnya. Daulat Kahn, Gubernur Lahore, dan Alam Khan (paman Ibrahim sendiri) melakukan pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintah Ibrahim Lody, dan meminta bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu menyerang kekuatan Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak sungguh-sungguh membantu mereka. Ketidak seriusan ini menimbukan curigaaan diantara Daulat Khan dan Daulat Alam Khan, sehingga keduannya berbalik dan menyerang Babur. Kesempatan itu tidak di sia-siakan Babur. Ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulat Khan dan Alam Khan dapat dikalahkan. Lahore dikuasainya pada tahun 1523. Dari Lahore ia terus bergerak ke selatan mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan Ibrahim yang segera keluar dari Delhi setelah mendengar ancaman kekuatan Babur itu.

Babur memperoleh kemenangan yang amat dramatis dalam pertempuan Panipat I (1526) itu, karena dengan hanya didukung 25.000 personal angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang didukung 100.000 personel dan 1000 pasukan gajah. Pada tahun itu juga Babur menguasai Delhi, dan memproklamasikan diri sebagai maharaja di India.

Kemenangannya yang begitu cepat mengundang reaksi dari para penguasa Hindu setempat. Proklamasi 1526 yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput. Sehingga ia harus berhadapan dengan dua kekuatan sekaligus. Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan para umat Islam yang belum tunduk pada penguasa yang baru tiba itu. Tantangan tersebut harus dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya.

Setelah Rajput dapat ditundukkan, konsentarsi Babur diarahkan ke sebelah timur pusat kekuatab Dinasti Lody dari Afgan, yang saat itu di pimpin oleh Mahmud saudara Ibrahim. Kekuatan Mahmud dapat dikalahkan Babur tahun 1529 sehingga Gogra dan Bihar jatuh kebawah kekuasaannya.

Sepeninggal Babur (1530), dinasti ini mengalami kekalahan total. Humayun (Nasirudin Muhammad; 1530-1556) tidak mampu menahan gerakan Sher Shah (1486-1545), pemimpin etnis Afgan, yang bergerak dari arah timur, dan juga tidak mapu menekan ambisi adik-adiknya sendiri, Kamran dan Askari, yang selalu melakukan pembangkangan terhadap kebijakan politiknya.

Wilayah kekuasaan Babur yang membentang dari Lahore dan Punjab di utara, sampai Gogra dan Blitar di timur, dan Gwalior, Chanderi dan Mewar di bagian India Tengah, jatuh pada kekuasaan Sher Shah pada tahun 1539, sementara Kabul dan Kandahar jatuh pada kekuasaan Delhi dan menetap di Umarkot (1524), kemudian memasuki Persia sebagai pengungsi.

Syah Tahmasp I (1514-1576) penguasa Safawi memberi dukungan pada Humayun. Dengan dukungan ini, ia dapat menguasai kembali Kabul dan Kandahar (1545), dan pada tahun yang sama Sher Shah meninggal dunia. Sepeninggal Sher Shah, bangsa Agfan kehilangan pemimpin yang tangguh, sehingga Delhi dapat direbut oleh Humayun tahun 1555.

Humayyun meninggal dunia setelah setahun menguasai Delhi (26 Januari 1556), dan tahta kerajaan jatuh kepada Akbar I (Abul Fath Jalaluddin Muhammad Akbar; 1542-1605). Akbar memegang tampuk kekuasaan dalam tempo yang sangat lama (1556-1603). Pada masa kekuasaannyalah Dinasti Mogul mencapai puncak kejayaannya. Seluruh wilayah yang lepas pada masa Humayun dapat direbutnya kembali. Kekuatan pasukan Hemu-menteri Hindu pada masa Sher Shah dapat dipatahkan pada pertempuran panipat II, 5 November 1556.

Akbar I yang masih muda itu dibantu oleh Bairam Khan (wakil sultan Akbar yang memerintah 936-1014 H/1556-1605 M), seorang Syiah yang setia membantu Mogul sejak Babur dan Humayun. Namun ia terlalu mementingkan sekte agamanya dalam pemerintahan Akbar sehingga ia diberhentikan dari jabatannya sebagai wakil sultan pada tahun 1561.

Akbar I meneruskan program ekspansinya ke sebelah timur dan selatan. Malwa dapat dikuasai pada tahun 1561, Chundar 1561, Kerajaan Ghomd 1564, Chitor 1568, Ranthabar 1569, Kalinjar 1569, Gujarat 1572, Surat 1573, Bihar 1574, dan Bengal 1576. kemudian ekspansi juga dilakukan kesebelah utara sehingga Kashmir dapat dikuasai pada tahun 1586, Sind di sebelah barat laut Delhi pada tahun 1590, dan Orissa di sebelah timur pada tahun 1592. kerajaan Dekkan jatuh pada tahun 1596, Gawilgarh dan Narnala dapat dikuasai pada tahun 1598, Ahmadnagar tahun 1600, dan Asitgah tahun 1601.

Kejayaannya terus berlangsung sampai masa pemerintahan tiga sultan berikutnya, yaitu Jahangir (Naruddin Muhammad Jahangir atau Sultan Salim 1605-1627), Syah Jehan (1627-1658), dan Aurangzeb (Alamgir I; 1658-1707). Pada masa pemerintahan tiga sultan ini, orientasi politik lebih banyak difokuskan pada upaya-upaya mempertahankan keutuhan wilayah kekuasaan, pembangunan sektor ekonomi lewat pertanian serta perdagangan, dan pengembangan budaya, seni, serta arsitektur.

Selama satu setengah abad, India berada di bawah Dinasti Mogul menjadi salah satu negara adikuasa. Ia menguasai perekonomian dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditundukkan dan kebudayaan yang tinggi.

Setelah Aurangzeb (1707), tahta kerajaan diduduki oleh raja-raja yang lemah. Sementara itu dipertengahan abad ke-18, Inggris sudah mulai menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1761, Inggris menguasai sebagian wilayah kerajaan. Pada tahun 1803 Delhi dikuasai dan penguasa Mogul dibawah pengaruh Inggis. Pada tahun 1857, penguasa Mogul mencoba membebaskan diri dari penjajahan Inggris, tetapi ia dapat dikalahkan pada tahun 1858, Bahadur II, raja Mogul yang terakhir itu diusir dari Inggris dari Istananya.

Kemajuan Kerajaan Mughal

Bersama dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastera gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun berbahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sasterawan sufi yang menghasilkan karya besar berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya.

Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang dan merupakan karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa Akbar dibangun istana Fatpur Sikri di Sikri, villa dan mesjid berlapisan mutiara dan Taj Mahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan istana indah di Lahore.

Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasi Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858M; yaitu :

1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.

2. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.

4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.

Tidak ada komentar: