Sabtu, 16 Februari 2008



MATERI PELAJARAN SEMESTER 2 , SESSION 12

MULOK TV PRODUCTION & CINEMATOGRAPHY

PENULISAN SKENARIO

Prepaired by Gunanto Bimo

Menonton film adalah menonton masalah dan bagaimana penyelesaian masalah tersebut.

Ya, sebuah cerita baik dalam bentuk buku (novel) atau skenario film / sinetron sebetulnya dapat di golongkan menjadi dua bagian isinya, yaitu :

Bagian pertama berisi permasalahan

Bagian kedua berisi penyelesaian (ending).

Oleh karena itu kunci utama membuat skenario (atau novel) adalah sangat sederhana, yaitu : memberikan masalah pada sejumlah tokoh, kemudian menawarkan kunci penyelesaiannya.

Bagaimana masalah itu diselesaikan adalah bagian yang mengandung PREMISE atau moral cerita tersebut. Bagian penyelesaian ini sangatlah penting. Karena di dalam bagian ini terkandung ,bagaimana si penulis skenario (atau novel) memberikan solusi terhadap permasalahan yang diberikan. Skenario yang baik ,mempunyai PREMIS (pesan moral ) yang baik. Hampir setiap kisah selalu ada pihak yang baik dan pihak yang tidak baik. Pada ahir cerita selalu pihak yang baik dimenangkan. Atau kalau pihak yang tak baik dimenangkan pada akhir cerita, selalu ada alasan yang bijak, mengapa pihak yang baik itu kalah. Alasan-alasan itulah yang menjadi premis cerita.

Seorang penulis cerita(novel) maupun skenario yang baik akan tergambar dari bagaimana sikap moralnya menyelesaikan permasalahan dalam karyanya.

Sebuah novel / skenario adalah sebuah persoalan yang menurut penulisnya mempunyai nilai-nilai yang sangat pantas untuk dikemukakan, dibeberkan sebagai suri toladan bagi orang lain.

Penulis menawarkan solusi mengatasi permasalahan, yang merupakan hasil pemikirannya yang terindah yang mampu dia fikirkan pada akhir dari novel / skenarionya.

Bobot seorang penulis terletak pada pemilihan permasalahan yang diangkatnya menjadi cerita dan kemudian kemampuannya memberikan solusi yang istimewa untuk persoalan-persoalan tersebut.

Kadangkala permasalahan dalam cerita sebuah skenario begitu rumit, kompleks, pelik dan tidak sederhana,sehingga penyelesaiannya juga tidak sederhana, kadang tidak terpikirkan oleh penonton (surprise). Namun justru di situlah letak kualitas sebuah skenario. Sebuah skenario yang permasalahannya terlalu biasa (klise) biasanya penyelesaiannya juga sangat biasa, mudah ditebak , tidak ada unsur surprise.

Kunci kedua dalam penulisan skenario adalah : setiap scene sebaiknya harus mengundang emosi pada penontonnya ( senang , marah , sedih , kecewa ,lucu , tegang , dsb.) Kalau sampai lebih dari lima menit sebuah film tak berhasil menarik emosi penonton, maka dapat dikatakan film tersebut telah gagal. Artinya skenarionya jelek. Penonton akan mulai berpikir meninggalkan film yang ditonton itu, karena ’gak seru’. Ciri-ciri film yang menarik untuk ditonton adalah, sejak kita duduk untuk menyaksikan scene pertamanya, kita enggan beranjak pergi, karena adegan-adegan film itu dari pertama sudah mampu ’mengikat’ kita untuk tetap di tempat duduk.

Mungkin ada yang akan berfikir : ”kalau begitu sulit juga ya membuat skenario yang baik..”

Sebetulnya tidak. Sesuatu yang mudah akan menjadi sulit, apabila kita tidak punya metoda atau pengetahuan tentang bagaimana mengerjakannya. Demikian juga menulis skenario. Orang awam selalu berfikir bahwa menulis skenario adalah pekerjaan yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang berbakat saja.

Sebetulnya pendapat di atas hanya sebagian saja yang benar, karena kemampuan menulis skenario bisa dilatih. Tentu saja orang yang mempunyai daya imajinasi yang luar biasa akan dapat menghasilkan skenario yang lebih berkualitas

Skenario sendiri dapat dihasilkan dari sebuah buku cerita (novel) yang telah ada, tapi dapat juga diciptakan langsung berdasarkan kisah yang diinginkan, ataupun tema yang mau diangkat. Contohnya, peristiwa Tsunami mengilhami seorang produser film untuk memfilmkannya, maka ia akan mencari seorang penulis skenario untuk menuliskan skenario film tentang peristiwa Tsunami yang telah terjadi.

Di bawah ini kita mempelajari metode-metode membuat Skenario.

a)Pada dasarnya skenario bermula dari sebuah TEMA, yaitu topik atau kasus umum. Memilih tema seperti juga memilih menu masakan. Jenis masakan apa yang menggairahkan . Tentunya para penulis skenario harus memilih tema-tema yang menarik. Jika tema cerita untuk skenario tidak menarik, tak akan ada produser yang suka memproduksinya.

b)Tema kemudian dikembangkankan dalam bentuk BASIC STORY atau Ide dasar berupa ruang lingkup cerita.

Di dalam basic story dijelaskan pokok-pokok ide yang penting, atau penggambaran batas-batas permasalahan yang akan digarap dengan usulan ending atau klimaksnya akan seperti apa, sehingga sudah mampu menggambarkan di mana ’daya tarik’ (point of value) cerita yang akan ditulis. Prinsipnya sebuah basic story harus mampu mengutarakan point of value,sehingga produser ataupun penyandang dana tertarik untuk membiayai pembuatan film nya ,jika skenario telah ditulis.

c)Basic Story kemudian dituliskan dan dikembangkan lagi dalam bentuk SYNOPSIS, yaitu penjelasan yang bersifat ringkas mengenai alur cerita atau plot termasuk dengan karakter-karakter tokohnya.Dalam synopsis sudah harus tergambar semua tujuan cerita, seluruh hambatan dan solusinya, sehingga tergambar seluruh kisah secara ringkas, namun padat oleh informasi yang diperlukan dalam pengembangan penulisan selanjutnya.

d)Dari synopsis ini, penulis skenario kemudian menggubahnya menjadi sebuah TREATMENT atau SCENE PLOT atau kerangka skenario yang berisi adegan-adegan yang akan ada dalam skenario..

Dalam sebuah treatment, synopsys di pecah-pecah menjadi adegan-adegan untuk menggambarkan perjalanan adegan dalam skenario tersebut , berikut dengan tokoh yang terlibat, bahkan dialog kunci dari setiap adegan

e)barulah berdasarkan TREATMENT atau SCENE PLOT tersebut disusun sebuah SKENARIO, yaitu urut-urutan adegan yang sudah lengkap dengan seluruh dialog, lokasi peristiwa, waktu dan tokoh pemerannya. Bahkan skenario juga dilengkapi dengan usulan jenis pengambilan gambar yang diinginkan penulis, untuk mencapai sasaran dramatik dan keinginan emosi cerita

Lalu sebetulnya bagaimanakah konstruksi sebuah cerita yang akan dibuat skenario ?

KONSTRUKSI CERITA

Untuk mebuat sebuah cerita yang menarik, secara sederhana, konstruksi suatu cerita harus memiliki unsur dramatik. Yaitu unsur yang membuat sebuah kisah menjadi penuh kadar emosi .Untuk mencapai itu sebuah cerita selalu terdiri dari dua unsur pokok, yaitu :

1.Adanya suatu keinginan atau kehendak dari tokoh utamanya

2.Adanya hambatan (persoalan)yang membuat keinginan atau kehendak terhalang pencapaiannya, sehingga terjadi konflik.

Contoh :

1.Keinginan / kehendak : Seorang pemuda miskin dari kampung jatuh cinta pada seorang gadis cantik anak seorang pengusaha kaya

2.Hambatan / persoalan : Ayah & Ibu si gadis sangat tidak setuju putrinya menjalin cinta dengan pemuda miskin itu.

3.Konflik :Terjadilah pertarungan antara si pemuda yang ingin mengatasi hambatan dengan orang tua si gadis yang mati-matian menghalangi si pemuda untuk menjalin cinta dengan si gadis.

Perjalanan cerita selanjutnya adalah perjuangan si pemuda untuk mengatasi hambatan cintanya. Namun selanjutnya ternyata bahwa perbedaan sosial tersebut bukanlah hambatan satu-satunya yang menghalangi cinta si gadis dan si pemuda, hambatan berikutnya adalah : Orang tua si pemuda dan orang tua si gadis ternyata pernah berseteru, yang membuat ayah si pemuda pernah harus masuk penjara. Di luar itu ternyata si gadis juga sudah dijodohkan dengan seorang pengusaha muda. Selanjutnya si gadis mulai putus asa untuk melanjutkan hubungan dengan si pemuda, karena tidak bisa memperoleh informasi apa-apa yang sedang dilkaukan si pemuda.

Semakin banyak hambatan semakin sulit keinginan tercapai.

Penonton film akan menjadi tegang apabila pikiran mereka dirasuki keragu-raguan mengenai : bisakah keinginan melampaui hambatan-hambatan ?.

Di sinilah penulis cerita / skenario mempermainkan perasaan penonton.

Penonton secara emosional akan dibuat memihak kepada pihak yang lemah dan tersia-siakan ,dizolimi ,ditindas( si pemuda miskin), sehingga penonton merasa ikut berjuang untuk mengatasi hambatan. Oleh karena itu timbulah ketegangan. Penonton menjadi tidak ingin gagal. Ketegangan akan meningkat apabila kemungkinan gagal semakin besar. Sehingga ketika penonton sudah dipuncak ketegangan, penulis memberikan kejutan dengan sebuah solusi yang menyelesaikan persoalan secara luar biasa.

KONSTRUKSI DRAMATIK

Kondisi antara keinginan/kehendak yang berusaha mengatasi hambatan demi hambatan adalah nilai dramatik dari suatu cerita. Adapun konstruksi dramatik dalam sebuah cerita sebaiknya di susun dari yang rendah sampai yang tertinggi (meningkat terus), yang diahiri pada sebuah puncak yang paling dramatik, yaitu

klimaks.

Setelah mencapai klimaks, unsur dramatik biasanya diturunkan sedikit, yaitu anti klimaks, biasanya diisi adegan-adegan yang sudah tidak ada persoalannya lagi, melainkan keterangan tambahan yang masih perlu disampaikan oleh penulis, untuk menutup cerita.

PERSOALAN-PERSOALAN / PERMASALAHAN CERITA

Perbedaan kondisi merupakan resep favorit dari jaman ke jaman, yang sangat potensial dijadikan akar persoalan atau permasalahan dalam cerita. Mengapa demikian ? karena pada dasarnya setiap orang mempunyai kondisi yang berbeda satu sama lain. Semakin ekstrem perbedaan kondisi tersebut, semakin potensial untuk digarap menjadi ’ biang’ permasalahan.

Jadi perbedaan kondisi dari setiap orang itulah yang kita permainkan dalam membuat cerita. Kontras, tragis, ironis adalah istilah yang kita gunakan sehari-hari untuk mengatakan perbedaan kondisi tersebut. Misalnya : kaya-miskin , pintar-bodoh, cantik - jelek (kontras) . Seorang ayah yang baik dijebloskan kedalam penjara karena terpaksa mencuri sepeda demi uang sekolah anaknya (tragis).

Seorang anak kembar di mana yang seorang menjadi jaksa, sementara saudara kembarnya menjadi kepala gangster (ironis)

Adanya perbedaan kondisi menimbulkan kontras,tragis atau ironis. Sadarilah sebaik-baiknya dan carilah sedetail-detailnya perbedaan-perbedaan kondisi yang mewakili tokoh-tokoh dalam cerita, sehingga dengan sendirinya akan timbul unsur dramatik cerita : Yaitu disatu pihak menginginkan sesuatu, sementara pihak yang lain justru tidak menyukai kondisi pihak pertama. Mempertemukan perbedaan-perbedaan kondisi ini dalam satu arena, akan menmbulkan permasalahan dan konflik.

Semakin pandai kita menajamkan perbedaan-perbedaan kondisi dari para tokoh yang kita ciptakan, semakin tinggi permasalahan dan konflik yang akan dihasilkan. Bahkan bisa jadi mengerikan.

Semakin bodoh atau semakin konyol para tokoh cerita menyikapi perbedaan kondisi ini, semakin berhasilah kita membuat skenario cerita yang menarik, menghanyutkan pemirsa. Kesimpulannya : perbedaan kondisi yang ekstrim dari tokoh-tokoh merupakan bahan yang bagus untuk membuat sebuah cerita/ skenario .Contoh film yang menggunakan resep ”perbedaan kondisi ekstrim” : The Beauty & the Beast , SHREK (dengan Ratu Fiona) , Si Doel Anak Betawi , Romeo & Juliet , The Sound of Music, TITANIC ,

Semakin dahsyat ide-ide kita untuk memberikan kendala-kendala agar tokoh utama tidak segera bisa mencapai keinginannya, semakin tidak ada ruang kosong bagi pemirsa untuk beristirahat dari ketegangan.

Memahami dengan serius pengertian ’adanya perbedaan kondisi’ hampir pada setiap orang dalam menyikapi suatu permasalahan, merupakan suatu tiket yang perlu dimiliki seorang yang berniat menjadi penulis cerita yang ternama.

PENUTURAN ADEGAN DALAM SKENARIO

Adegan-adegan disampaikan dengan mendeskripsikan setiap SCENE .

SCENE merupakan adegan yang terjadi pada suatu tempat dan suatu waktu.

Sehingga penulisan skenario selalu terbagi dalam scene-scene yang memiliki keterangan tempat & waktu. Tempat di golongkan dalam kondisi EXTERIOR ( EXT ,atau di luar bangunan) atau INTERIOR (INT, atau di dalam bangunan )

Contoh :

SCENE 1

EXT. DI KEBUN RUMAH PAK GURU - PAGI

(TEMPAT) (WAKTU)

Pak Guru Susilo sedang menyirami tanaman di kebun, ketika Susana seorang muridnya memasuki kebun ( KETERANGAN SITUASI )

SUSAN :

Selamat pagi Pak Susilo...

PAK GURU :

Oh , Susan..! Selamat pagi. Ada apa kamu pagi-pagi kemari..?

( DIALOG)

Dsb,dsb.

Selanjutnya apabila tempat dan waktu peristiwa kejadian berubah, maka dilanjutkan menjadi scene kedua,ketiga dan selanjutnya.

PLANTING

Kadang-kadang dalam adegan film sering terjadi peristiwa yang dirasakan penonton sebagai ’SUATU HAL KEBETULAN”

Misalnya sang penjahat pada ahir cerita terbunuh di hutan oleh jebakan babi dari bambu-bambu runcing yang sebetulnya dipasang sebagai jebakan babi hutan. Adegan ini sangat konyol apabila sebelumnya belum pernah diperlihatkan sebuah adegan keberadaan jebakan babi tersebut di hutan itu.

”Penanaman” adegan pada scene sebelumnya yang berisi informasi, agar ketika nanti ketika berfungsi tidak berkesan ”kebetulan” , haruslah dilakukan . Penanaman adegan yang berfungsi seperti itu disebut ”planting”


BY: Cinematografi X-Kul TV Production

Memahami Konsep rekam-tayang :Media dan Peralatan (kamera video, format rekam :betamax,VHS,V 2000 ,U-matic, Betacam ,DV, mini DV, DVCAM,DVCPRO,HDTV dll.

VIDEO FORMAT

Bikin film sekarang memang gampang. Ada video camera,ada video kasetnya,

maka siaplah kita ke lapangan untuk bikin film.

Nah tapi jika kita belum memiliki video kamera, tentunya kita akan mencarinya lebih dulu. Bisa pinjam, bisa beli. Dan ketika kita memutuskan untuk pinjam atau beli, ada satu hal yang perlu kita tentukan lebih dulu ; jenis video kamera dengan format apa yang kita mau pinjam atau beli.

Setidaknya ada tiga format video rumahan (home video) yang sebelum ini sangat populer tersedia dipasaran :

Pertama VHS (Video Home System) yang dikembangkan oleh perusahaan JVC di Jepang . Format ini sangat popular digunakan di negara-negara Eropa.

Format VHS kemudian disempurnakan dengan memunculkan SVHS (Super VHS) yang kualitas gambarnya lebih baik daripada VHS, sehingga banyak digunakan oleh kalangan semiprofessional untuk liputan dokumentasi seperti: pernikahan, product launching, seminar dll.

Kedua Betamax, format ini dikembangkan oleh perusahaan Jepang yang lain, yaitu SONY. Format ini lebih popular digunakan di Amerika Serikat (USA)

Ketiga Video 2000. Merupakan pesaing Betamax untuk pasar Amerika.

Setelah itu muncul video kamera yang dikenal dengan sebutan handycam dengan format kamera maupun video kaset berukuran kecil (sebesar kaset audio), yang dikenal dengan format V 8

Setelah itu,sejak tahun 1995 dunia mulai diperkenalkan dengan format-format baru video dengan teknologi digital seperti DV (Digital Video), miniDV, DVCAM dan DVCPRO

Video kamera berteknologi digital ini menggunakan chip elektronik untuk menangkap cahaya yang disebut CCD (Charge Couple Device). CCD bertugas menangkap cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal digital yang selanjutnya diteruskan ke dalam pita kaset berbentuk sinyal video. Pada kamera digital ini terdapat dua pilihan, yaitu pada kamera yang lebih murah hanya menggunakan CCD tunggal dan pada kamera yang lebih mahal sudah menggunakan 3 CCD

Di samping video rumahan, terdapat format video professional untuk keperluan TV station. Pada era tahun 1980-an SONY memperkenalkan format U-matic yang terdiri dari dua kualitas,yaitu Low band & Hi band, kemudian format ini pada tahun 90-an digusur oleh format Betacam SP yang berkualitas lebih baik lagi.Hingga akhirnya dikeluarkan format Digital Betacam yang sampai sekarang digunakan oleh TV station dalam produksi tayangan mereka.

Jadi kalau kita berniat bikin film yang ingin dijual ke TV station, gunakan format video professional,agar bisa ditayangkan oleh TV Broadcasting.

Antara satu format video dengan format video yang lain tidak kompatibel. Artinya setiap mesin pemutar video (video player) hanya dapat memutar sebuah format video saja. Kaset VHS hanya dapat diputar dengan player VHS. Demikian juga kaset Betamax dan V 2000, hanya dapat diputar dengan Betamax player dan V 2000 player. Tidak ada mesin yang bersifat multi player sampai saat ini.

TV Station hanya menerima video dengan format professional seperti Betacam

Di antara format rumahan dan format professional terdapat format “semi” professional, yaitu format DV / miniDV / DVCAM /DVCPRO . Secara kualitas-teknis, format semi professional ini sudah menggunakan tehnologi digital, oleh karena itu format tersebut sudah bisa digunakan oleh TV station untuk memproduksi acara-acara dokumenter seperti news dan infotainment.

Kualitas DV lebih baik dan menghasilkan gambar lebih tajam dibanding dengan miniDV ,dan harganya juga jauh lebih mahal. SONY Corporation mengeluarkan DVCAM untuk jenis format DV ini, sedangkan PANASONIC memperkenalkan DVCPRO. Baik DVCAM maupun DVCPRO telah mampu menghasilkan gambar dengan kualitas yang boleh dikatakan sekelas dengan Digital Betacam. Kamera video dengan format DVCAM atau DVCPRO juga telah memiliki fitur-fitur seperti kamera professional. Hanya karena harga video kamera tersebut relative masih mahal, maka kedua jenis kamera tersebut masih belum terlalu popular dikalangan masyarakat, selain itu TV Broadcasting Station biasanya hanya menyediakan mesin pemancar dengan format Betacam, maka untuk sumber tayangan yang berasal dari format lain seperti DV / miniDV , harus di transfer dulu ke format Betacam. Dari format film seluloid pun harus ditransfer melalui mesin telecine ke dalam kaset dengan format Betacam.

Untuk format video rumahan seperti VHS,Betamax , V 2000 dan V 8 secara kualitas-teknis belum cukup bagus jika dipancarkan melalui TV Broadcasting Station, karena warna gambarnya akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sehingga tidak enak ditonton oleh pemirsa TV di rumah.

Format VHS & Betamax perlahan-lahan sudah menghilang dari pasaran, digantikan oleh format digital DV dalam bentuk kaset kecil miniDV. Oleh karena itu jika ingin membuat film video yang cukup baik, gunakanlah setidaknya format DV /miniDV.

Belakangan ini telah muncul format video yang memiliki kualitas gambar sangat bagus, yaitu HDTV (Hi Devinition Television).Format ini akan dikembangkan menjadi format pertelevisian dunia, namun sampai sekarang masih sangat jarang TV station yang mengggunakannya. Jepang sebagai Negara pengembang system HDTV pun baru merencanakan akan menerapkan system ini dalam seluruh station pertelevisian pada tahun 2012. Kini baru terbatas beberapa channel TV station di Jepang yang telah menggunakan HDTV.

Di samping format video,tentu saja ada format film lain yang kita kenal sebagai media perekam gambar, yaitu pita film celluloid.

Jenis format ini biasa digunakan dalam pembuatan film layar lebar. Format tersebut tersedia dalam ukuran lebar film negatif 8 mm,16 mm. 35 mm,65 mm sampai dengan 70 mm(untuk teater IMAX)

Namun proses yang harus dilalui dalam pengolahan maupun pengambilan gambar jauh lebih rumit,lama dan mahal, dibanding dengan format video, yang langsung dapat diketahui hasilnya seketika.

Format film celluloid juga tidak bisa merekam suara(audio). Sehingga untuk merekam suara / dialog / audio harus menggunakan peralatan lain seperti DAT (Digital Audio Tape) yang direkam bersamaan ketika pengambilan gambar(shooting)

Untuk dapat mengetahui hasil pengambilan gambar dengan pita film celluloid, harus dilakukan proses negative development dari exposed film (film yang telah digunakan dalam pengambilan gambar) dalam laboratorium pengolah citra , yang menghasilkan film positif sebagai bahan rush copy agar dapat ditonton melalui proyektor. Dengan mesin telecine, setelah melalui proses negative development, hasil film exposed nya juga dapat ditransfer ke dalam pita video, lalu di playback dengan video player sesuai format. Jelas bahwa proses menggunakan film celluloid lebih lama dari pada pembuatan film menggunakan video. Tapi kelebihan pengambilan gambar menggunakan film celluloid menghasilkan gambar dengan tata warna yang lebih natural.

Selain dalam bentuk pita, baik video maupun film, kini juga terdapat media rekam lain yaitu cakram (CD) ataupun keping memory .

Media Cakram hanya dapat digunakan untuk sekali merekam, sedang keping memory mempunyai banyak format lagi seperti memory stick untuk produk SONY dan SD card untuk merek-merek lain di luar Sony. Namun sampai kini orang masih jarang menggunakan media cakram CD ataupun keeping memory untuk pengambilan gambar yang professional, karena kualitas gambarnya masih kurang baik, disebabkan media tersebut dalam proses perekaman melakukan pengkompresian yang cukup besar. Namun agaknya dimasa yang akan datang, jenis media ini akan sangat dikembangkan karena ukurannya yang sangat kecil dan bentuknya yang sangat simple, membuat kemudahan pembawaan dan penyimpanannya.

Setelah mengetahui format-format media rekam gambar, baik video maupun film celluloid,maka kita sudah bisa menentukan akan menggunakan yang mana.

Bagi kepentingan pembelajaran dasar-dasar TV Production dan Cinematography, kita akan mulai dengan menggunakan format-format video seperti miniDV, agar dapat lebih terjangkau oleh seluruh siswa.

Berbagai merek,kelas dan fitur kamera miniDV tersedia di pasaran.

Dari yang single CCD sampai yang 3 CCD, dari yang berukuran kecil handycam sampai yang berukuran professional.

Namun semua dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah film yang baik. Karena sebetulnya, intisari sebuah film yang baik lebih terletak pada konsep dan materi yang akan difilmkan. Oleh karena itu jangan mempersulit diri dengan mencari peralatan mahal untuk dapat membuat film, melainkan :gunakanlah peralatan sesederhana mungkin untuk dapat mewujudkan ide-ide visual kita.

Manusia di belakang peralatan lah yang lebih menentukan kualitas sebuah tayangan film. Oleh karena itu kita akan lebih memfokuskan kepada proses penggalian ide kreatif yang istimewa, untuk menghasilkan sebuah film, daripada berkonsentrasi kepada kecanggihan peralatan.



Sejarah Kerajaan Safawi

Sejarah Kerajaan Safawi

Nama kerajaan di Persia (kini Iran), didirikan oleh Syah Isma’il Safawi (Isma’il I) pada tahun 907 H/1501 M di Tabriz. Kerjaan Safawi adalah salah satu dari tiga kejaan besar di dunia Islam pada abad pertengahan. Dua yang lainnya adalah kerjaan Usmani (Ottoman) di Turki dan Kerajaan Mogul di India. Kerajaan ini di sebelah barat berbaasan dengan kerjaan Usmani dan di sebelah timur berbatasan dengan India yang pada waktu itu berada dibawah pemerintahan Kerajaan Mogul.

Kerjaan Safawi menjadikan aliran Syiah sebagai mazhab resmi negara dan menjadikan persia pusat aliran ini. Sampai saat ini tanah Persia (Iran) merupakan pusat aliran Syiah. Nama kerajaan ini berasal dari seorang Sufi yang benama Syekh Safiuddin Ardabeli (1252-1334) dari ardabil di Azerbaijan. Ia belajar dari seorang sufi yang bernama Syekh Tajuddin Ibrahim Zahidi (1216-1301) Dijilan dekat laut Kaspia. Syekh Syaiuddin di ambil menantu oleh gurunya dan setelah gurunya wafat ia menggantikan kedudukan gurunya sebagai guru tarikat.

Tarikat ini kemudian terkenal dengan tarikat Safawiyah yang berpusat di Ardabil. Syekh Safiuddin dikenal sebagai sufi yang besar dan dianggap keramat oleh para pengikutnya. Di bawah pimpinannya, tarikat ini berkembang menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Suriah, dan Anatolia, dan kemudian menjadi gerakan politik seperti halnya gerakan tarikat Sanusiah di Afrika Utara, tarikat Mahdiyah di Sudan, dan tarikat Muridiah serta tarikat Naksyabandiyah di Rusia. Jadi kerajaan Safawi adalah jelmaan dari tarikat Safawiyah yang di usakan oleh Isma’il Safawi dan para pendahulunya.

Mengenai asal-usul Syekh Syafiuddin ada dua pendapat. Pertama ia adalah keturunan Musa Al Kazib (Imam ke 7 Syiah 12), yang berarti keturunan Rasullullah saw dari Fatimah. Kedua, ia adalah keturunan penduduk asli Iran dari Kurdistan dan seorang Sunni Mazhab Syafi’I kemudian menggantinya yang kedua berubah menjadi penganut Syiah.

Menurut beberapa ahli sejarah (mis. Huser Muins, Alam al-Islam, Dar al Fikr, Mesir), fase pertama gerakan Safawiyah mempunyai dua corak, yaitu corak Sunni pada masa kepemimpinan Safiuddin (1301-1334) dan anaknya, Saruddin Musa (1334-1399) serta corak Syiah pada masa cucu Syafiuddin, Khawaja Ali (1399-1247), dan pada masa Ibrahim (1427-1447). Pada fase kedua gerakan Safawi berubah bentuk menjadi gerakan politik pada masa Ibrahim (1447-1460) yang ingin membentuk pemerintahan sendiri. Pada saat itu di Persia ada dua dinasti bansa Turki yang berkuasa, yaitu Dinasti Kara Koyunlu (1357-1468) yang dikenal sebagai Black Sheep (Domba Hitam) yang beraliran Syiah serata berkuasa di bagian timur, dan dinasti Ak Koyunlu yang terkenal dengan White Sheep (Domba Putih) yang beraliran Sunni yang berkuasa di bagian barat.

Kegiatan Politik Safawiyah yang mendapat tekanan dari Dinasti Kara Koyunlu memaksa Junaid meninggalkan Ardabil dan minta suaka Politik kepada raja Dinasti Ak Koyunlu yang bernama Uzun Hasan (memerintah 857-882 H/1453-1477 M). persahabatan keduanya menjadi akrab setelah Uzun Hasan mengawinkan adik perempuannya dengan Junaid. Selanjutnya, keduanya bersekutu menghapi Dinasti Kara Koyunlu. Namun, cita-citanya belum tercapai. Dia kemudian digantikan oleh putranya yaitu, Haidar (w. 1476). Tokoh ini memberikan atribut kepada para pengikutnya berupa serban merah yang berumbai dua belas yang di sebut Qizilbas (Kepala merah). Rumbai dua belas ini melambangkan Syiah Dua Belas dan berpengaruh menumbuhkan fanatisme dan militansi para pengikut Syiah. Tetapi perjuangan mereka ini baru berhasil pada masa pemerintahan Isma’il Syafawi, Putra Haidar. Selama 5 tahun (1494-1499) Isma’il dan para pengikutnya menghimpun kekuatan yang besar di Jilan untuk menaklukkan Ak Koyunlu yang telah berhasil bersekutu dengan Kakeknya, Junaid. Tetapi persekutuan ini pecah akibat persaingan politik. Ayahnya, Haidar, mati terbunuh dalam suatu pertempuran di Syirwan. Isma’il dan pasukan Qizilbasnya berhasil menaklukkan Syirwan, kemudian ia menuju ke wilayah Ak Koyunlu. Dalam suatu pertempuran yang sengit di Sharur dekat Nakchivan pada tahun 1501, Isma’il memenangkan pertempuran itu dengan gemilang dan berhasil memasuki Tabriz ibu kota Dinasti Ak Koyunlu. Pada tahun itu juga ia dirikan Kerajaan Safawi dan memproklamasikan dirinya sebagai raja, sebagai pimpinan Rohani, dengan kata lain pimpinan politik. Bahkan dirinya sendiri dianggap sebagai manifestasi Tuhan.

Diantara sultan-sultan besar dari kerajaan Safawi, selain dari Syah Isma’il Safawi (1501-1524), adalah Syah Tahmasp I (1524-1576) dan Syah Abbas (1585-1628), raja yang dianggap berjasa membawa Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuan dan kerajaan. Karena dengan kekuatan militernya kerajaan ini menguasai seluruh daerah dalam suatu pertempuran ia dapat menguasai Kepulauan Hormuz dari tangan orang Portugis dan nama pelabuhan orang Gumron diubah menjadi pelabuhan Bandar Abbas (sampai sekarang). Syah Abbas memindahkan ibu kota kerajaan dari Qizwan ke Isfahan. Setelah Syah Abbas, tidak ada lagi raja-raja Safawi yang kuat karena terjadinya perebutan kekuasaan sehingga kerajaan menjadi lemah, dan akhirnya kerajaan dapat dijatuhkan oleh Nadir Syah (1736-1747), kepala salah satu suku bangsa Turki yang terdapat di Persia.

Kemajuan Kerajaan Safawi

Kemajuan yang dicapai kerajaan safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan-kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut :

Bidang Ekonomi

Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dengan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik kerajaan Safawi.

Di samping sector perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).

Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuna. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa Kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.

Ada beberapa ilmuwan yang selalu hadir di majelis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, ahli sejarah, teolog, dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. Dalam bidang ini, kerajaan Safawi mungkin dapat diakatakan lebih berhasil dari dau kerajaan besar Islam Lainnya pada masa yang sama.

Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti mesjid-mesjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zenda Rud, dan istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum.

Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalamgaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syekgh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat puladalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainnya. Seni lukis mulai dirintis sejak zamanTahmasp I. Raja Ismail I pada tahun 1522 M membawa seorang pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhad.

Demikianlah puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawan-lawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni, dan gedung-gedung bersejarah.

Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi

Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Agi kerajaan Usmani, berdirinya kerjaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsugn lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namu tak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada lagi perdamaian antara kedua kerajaan besar Islam itu.

Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, disamping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga sultan Husein.

Penyebab penting lainnnya adalah karena pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan kerena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohani seperti yang dialami oleh Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.

Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluaraga istana.