Jumat, 22 Februari 2008

THE WORLD OF DOCUMENTARIES

SESSION : 6

THE WORLD OF DOCUMENTARIES

Sepertinya dia antara jenis project pembuatan film, pembuatan film documenter dianggap paling mudah. Tinggal bawa kamera, lalu pergi ke lokasi.

Memang begitu sih kelihatannya. Pembuatan film documenter juga tidak memerlukan artis-artis pemeran.

Tapi jika kita berharap hasil dokumentasi kita harus bagus,menarik dan tidak membosankan, permasalahannya jadi lebih rumit. Kita perlu membuat persiapan.

Mungkin kita memerlukan seseorang dengan penugasan sebagai pembawa acara (host / presenter).Mungkin kita memerlukan sebuah daftar shot yang harus diambil. Mungkin kita harus mempelajari dulu segala sesuatu tentang obyek yang akan diambil. Tapi yang jelas kita harus mempersiapkan peralatan yang diperlukan. Setidaknya fikirkanlah hal-hal berikut :

a) Apakah kita akan shooting di dalam atau di luar ruangan atau di kedua tempat itu?

b) Apakah terdapat cahaya yang cukup di dalam ruang?

c) Apakah terdapat sumber listrik di sana?

Hal di atas akan menentukan apakah kita perlu membawa lampu penerang atau tidak perlu. Juga kita tahu bisa men-charge batere kamera di sana atau tidak (kalau tidak ada listrik, bersiaplah dengan beberapa batere kamera cadangan dan accu light)

d) Apakah medannya memerlukan peralatan khusus untuk mencapainya?

Mungkin saja anda harus ikut rafting di sebuah sungai berarus deras, sehingga anda memerlukan jaket pelampung dan pelindung kamera dari cipratan air

e) Surat ijin. Apakah perlu surat ijin khusus untuk dapat melakukan shooting di sana ?

Mungkin anda perlu melengkapi diri dengan surat dari instansi yang berwenang, atau cukup minta ijin on location. untuk dapat memasuki lokasi yang akan anda dokumentasikan

f) Pastikan juga bawa uang secukupnya, siapa tahu perlu beli makanan atau minuman,atau beli karcis masuk,bayar tol,parkir dll.

Jika semua persiapan sudah kita periksa dan lengkapi, maka tinggal memikirkan supaya pengambilan gambar dapat menghasilkan film documenter yang baik. Untuk itu ada tiga tips yang bisa saya berikan, biar keren, kita sebut saja DICTUM.

TIGA DICTUM DOKUMENTER :

l “Karya film documenter bisa menarik dan juga bisa tidak menarik. Tergantung pada obyek yang didokumentasikan. Semakin langka dan semakin sulit obyek tersebut ditemukan dalam peristiwa sehari-hari, daya tariknya akan semakin besar…”

(Gunanto Bimo)

II

“Kunci selanjutnya agar film documenter menjadi tontonan yang menarik dan tidak membosankan adalah : bagaimana membuat sebuah ilmu pengetahuan menjadi hiburan”

(Gunanto Bimo)

III

“Namun intisari keberhasilan sebuah film documenter sebetulnya terletak pada kepekaan rasa para pembuat dokumentasi itu sendiri, terutama Director (sutradara), Cameraman, Penulis naskah dan Editor. Di luar itu adalah factor X dan keberuntungan.”

(Gunanto Bimo)

Tips kecil berikutnya:

a)Usahakanlah mengambil gambar sebuah obyek dari sudut pengambilan yang paling baik. Jangan mengambil dari posisi yang terlalu biasa, karena anda malas menuju posisi yang terbaik.

b)Jika obyek tersebut berupa sebuah obyek yang jarang atau bahkan belum pernah disaksikan oleh orang pada umumnya, berilah obyek pembanding ukuran di dekatnya, agar pemirsa nanti dapat mengetahui perkiraan ukuran obyek tersebut ( Jika obyek berupa dinding yang sangat tinggi dan terjal, ambilah gambar dinding itu dengan seorang manusia di depannya. Jika obyek berupa sebuah artefak atau benda kecil, bandingkanlah dengan sebuah uang logam atau sebatang rokok yang ukurannya sudah umum diketahui )

Berbeda dengan film fiction yang ceritanya berasal dari daya imajinasi pengarang / penulisnya, maka film documenter adalah film yang berasal dari kenyataan.

Thema film documenter sangat luas, bisa berasal dari kehidupan manusia sehari-hari , Perjalanan wisata, Pendakian gunung, Arung Jeram, Kehidupan satwa , flora-fauna , Proses pembuatan barang , Demonstrasi , Peperangan , bahkan juga bisa mengenai dokumentasi perkembangan perfilman.

Film documenter asli tidak diperankan oleh pemeran pengganti atau actor.

Film seperti GANDHI (tentang Mahatma Gandhi) sebagian adalah film documenter, sedangkan sebagian besarnya adalah diperankan kembali, jadi film itu bukan film documenter.

Demikian juga film-film perang seperti Tora-Tora-Tora & Pearl Harbour ,adalah film cerita peperangan yang berdasarkan sejarah, namun bukan termasuk dalam kategori film documenter, karena para pelakunya adalah para actor, bukan pelaku yang sesungguhnya.

Film tentang pendaratan Apollo 11 ada yang asli film dokumenter yang dibuat sendiri oleh awak (astronaut) pesawat Apollo 11, ada juga yang bukan documenter melainkan dibuat ulang dengan actor Tom Hanks sebagai astronaut nya

Dalam pembuatan Film documenter, ada thema yang bisa direncanakan pembuatan naskahnya, namun ada juga film documenter yang dihasilkan melalui proses liputan langsung suatu peristiwa yang tiba-tiba terjadi.

Dalam pembuatan film documenter dengan thema suatu peristiwa yang akan terjadi ( contoh balapan kuda, balapan mobil / motor ) , hasil akhirnya baru merupakan perkiraan, belum pasti. Naskahnya tidak bisa disediakan seb elum pengambilan gambar, kecuali rancangan alur nya saja

Oleh karena itu terdapat sebuah factor yang disebut sebagai factor X dalam pembuatan film documenter, yaitu sebuah factor tak sengaja yang diperoleh pada saat pengambilan gambar dilakukan. Factor X ini dapat menambah baik maupun menjadikan buruk sebuah film documenter.

Misalnya pada saat pengambilan film documenter dengan thema festival layang-layang, tiba-tiba turun hujan dreras. Maka jelas bahwa pengambilan gambar terganggu, hasilnya menjadi kurang bagus.

Sebaliknya ,ketika membuat film documenter tentang hutan, muncul harimau besar yang sangat menakutkan, atau bertemu dengan sebuah lembah berpelangi dan bertaburan kupu-kupu warna-warni, maka film documenter itu akan menjadi lebih dahsyat.