Sabtu, 16 Februari 2008



MATERI PELAJARAN SEMESTER 2 , SESSION 12

MULOK TV PRODUCTION & CINEMATOGRAPHY

PENULISAN SKENARIO

Prepaired by Gunanto Bimo

Menonton film adalah menonton masalah dan bagaimana penyelesaian masalah tersebut.

Ya, sebuah cerita baik dalam bentuk buku (novel) atau skenario film / sinetron sebetulnya dapat di golongkan menjadi dua bagian isinya, yaitu :

Bagian pertama berisi permasalahan

Bagian kedua berisi penyelesaian (ending).

Oleh karena itu kunci utama membuat skenario (atau novel) adalah sangat sederhana, yaitu : memberikan masalah pada sejumlah tokoh, kemudian menawarkan kunci penyelesaiannya.

Bagaimana masalah itu diselesaikan adalah bagian yang mengandung PREMISE atau moral cerita tersebut. Bagian penyelesaian ini sangatlah penting. Karena di dalam bagian ini terkandung ,bagaimana si penulis skenario (atau novel) memberikan solusi terhadap permasalahan yang diberikan. Skenario yang baik ,mempunyai PREMIS (pesan moral ) yang baik. Hampir setiap kisah selalu ada pihak yang baik dan pihak yang tidak baik. Pada ahir cerita selalu pihak yang baik dimenangkan. Atau kalau pihak yang tak baik dimenangkan pada akhir cerita, selalu ada alasan yang bijak, mengapa pihak yang baik itu kalah. Alasan-alasan itulah yang menjadi premis cerita.

Seorang penulis cerita(novel) maupun skenario yang baik akan tergambar dari bagaimana sikap moralnya menyelesaikan permasalahan dalam karyanya.

Sebuah novel / skenario adalah sebuah persoalan yang menurut penulisnya mempunyai nilai-nilai yang sangat pantas untuk dikemukakan, dibeberkan sebagai suri toladan bagi orang lain.

Penulis menawarkan solusi mengatasi permasalahan, yang merupakan hasil pemikirannya yang terindah yang mampu dia fikirkan pada akhir dari novel / skenarionya.

Bobot seorang penulis terletak pada pemilihan permasalahan yang diangkatnya menjadi cerita dan kemudian kemampuannya memberikan solusi yang istimewa untuk persoalan-persoalan tersebut.

Kadangkala permasalahan dalam cerita sebuah skenario begitu rumit, kompleks, pelik dan tidak sederhana,sehingga penyelesaiannya juga tidak sederhana, kadang tidak terpikirkan oleh penonton (surprise). Namun justru di situlah letak kualitas sebuah skenario. Sebuah skenario yang permasalahannya terlalu biasa (klise) biasanya penyelesaiannya juga sangat biasa, mudah ditebak , tidak ada unsur surprise.

Kunci kedua dalam penulisan skenario adalah : setiap scene sebaiknya harus mengundang emosi pada penontonnya ( senang , marah , sedih , kecewa ,lucu , tegang , dsb.) Kalau sampai lebih dari lima menit sebuah film tak berhasil menarik emosi penonton, maka dapat dikatakan film tersebut telah gagal. Artinya skenarionya jelek. Penonton akan mulai berpikir meninggalkan film yang ditonton itu, karena ’gak seru’. Ciri-ciri film yang menarik untuk ditonton adalah, sejak kita duduk untuk menyaksikan scene pertamanya, kita enggan beranjak pergi, karena adegan-adegan film itu dari pertama sudah mampu ’mengikat’ kita untuk tetap di tempat duduk.

Mungkin ada yang akan berfikir : ”kalau begitu sulit juga ya membuat skenario yang baik..”

Sebetulnya tidak. Sesuatu yang mudah akan menjadi sulit, apabila kita tidak punya metoda atau pengetahuan tentang bagaimana mengerjakannya. Demikian juga menulis skenario. Orang awam selalu berfikir bahwa menulis skenario adalah pekerjaan yang hanya mampu dilakukan oleh orang-orang berbakat saja.

Sebetulnya pendapat di atas hanya sebagian saja yang benar, karena kemampuan menulis skenario bisa dilatih. Tentu saja orang yang mempunyai daya imajinasi yang luar biasa akan dapat menghasilkan skenario yang lebih berkualitas

Skenario sendiri dapat dihasilkan dari sebuah buku cerita (novel) yang telah ada, tapi dapat juga diciptakan langsung berdasarkan kisah yang diinginkan, ataupun tema yang mau diangkat. Contohnya, peristiwa Tsunami mengilhami seorang produser film untuk memfilmkannya, maka ia akan mencari seorang penulis skenario untuk menuliskan skenario film tentang peristiwa Tsunami yang telah terjadi.

Di bawah ini kita mempelajari metode-metode membuat Skenario.

a)Pada dasarnya skenario bermula dari sebuah TEMA, yaitu topik atau kasus umum. Memilih tema seperti juga memilih menu masakan. Jenis masakan apa yang menggairahkan . Tentunya para penulis skenario harus memilih tema-tema yang menarik. Jika tema cerita untuk skenario tidak menarik, tak akan ada produser yang suka memproduksinya.

b)Tema kemudian dikembangkankan dalam bentuk BASIC STORY atau Ide dasar berupa ruang lingkup cerita.

Di dalam basic story dijelaskan pokok-pokok ide yang penting, atau penggambaran batas-batas permasalahan yang akan digarap dengan usulan ending atau klimaksnya akan seperti apa, sehingga sudah mampu menggambarkan di mana ’daya tarik’ (point of value) cerita yang akan ditulis. Prinsipnya sebuah basic story harus mampu mengutarakan point of value,sehingga produser ataupun penyandang dana tertarik untuk membiayai pembuatan film nya ,jika skenario telah ditulis.

c)Basic Story kemudian dituliskan dan dikembangkan lagi dalam bentuk SYNOPSIS, yaitu penjelasan yang bersifat ringkas mengenai alur cerita atau plot termasuk dengan karakter-karakter tokohnya.Dalam synopsis sudah harus tergambar semua tujuan cerita, seluruh hambatan dan solusinya, sehingga tergambar seluruh kisah secara ringkas, namun padat oleh informasi yang diperlukan dalam pengembangan penulisan selanjutnya.

d)Dari synopsis ini, penulis skenario kemudian menggubahnya menjadi sebuah TREATMENT atau SCENE PLOT atau kerangka skenario yang berisi adegan-adegan yang akan ada dalam skenario..

Dalam sebuah treatment, synopsys di pecah-pecah menjadi adegan-adegan untuk menggambarkan perjalanan adegan dalam skenario tersebut , berikut dengan tokoh yang terlibat, bahkan dialog kunci dari setiap adegan

e)barulah berdasarkan TREATMENT atau SCENE PLOT tersebut disusun sebuah SKENARIO, yaitu urut-urutan adegan yang sudah lengkap dengan seluruh dialog, lokasi peristiwa, waktu dan tokoh pemerannya. Bahkan skenario juga dilengkapi dengan usulan jenis pengambilan gambar yang diinginkan penulis, untuk mencapai sasaran dramatik dan keinginan emosi cerita

Lalu sebetulnya bagaimanakah konstruksi sebuah cerita yang akan dibuat skenario ?

KONSTRUKSI CERITA

Untuk mebuat sebuah cerita yang menarik, secara sederhana, konstruksi suatu cerita harus memiliki unsur dramatik. Yaitu unsur yang membuat sebuah kisah menjadi penuh kadar emosi .Untuk mencapai itu sebuah cerita selalu terdiri dari dua unsur pokok, yaitu :

1.Adanya suatu keinginan atau kehendak dari tokoh utamanya

2.Adanya hambatan (persoalan)yang membuat keinginan atau kehendak terhalang pencapaiannya, sehingga terjadi konflik.

Contoh :

1.Keinginan / kehendak : Seorang pemuda miskin dari kampung jatuh cinta pada seorang gadis cantik anak seorang pengusaha kaya

2.Hambatan / persoalan : Ayah & Ibu si gadis sangat tidak setuju putrinya menjalin cinta dengan pemuda miskin itu.

3.Konflik :Terjadilah pertarungan antara si pemuda yang ingin mengatasi hambatan dengan orang tua si gadis yang mati-matian menghalangi si pemuda untuk menjalin cinta dengan si gadis.

Perjalanan cerita selanjutnya adalah perjuangan si pemuda untuk mengatasi hambatan cintanya. Namun selanjutnya ternyata bahwa perbedaan sosial tersebut bukanlah hambatan satu-satunya yang menghalangi cinta si gadis dan si pemuda, hambatan berikutnya adalah : Orang tua si pemuda dan orang tua si gadis ternyata pernah berseteru, yang membuat ayah si pemuda pernah harus masuk penjara. Di luar itu ternyata si gadis juga sudah dijodohkan dengan seorang pengusaha muda. Selanjutnya si gadis mulai putus asa untuk melanjutkan hubungan dengan si pemuda, karena tidak bisa memperoleh informasi apa-apa yang sedang dilkaukan si pemuda.

Semakin banyak hambatan semakin sulit keinginan tercapai.

Penonton film akan menjadi tegang apabila pikiran mereka dirasuki keragu-raguan mengenai : bisakah keinginan melampaui hambatan-hambatan ?.

Di sinilah penulis cerita / skenario mempermainkan perasaan penonton.

Penonton secara emosional akan dibuat memihak kepada pihak yang lemah dan tersia-siakan ,dizolimi ,ditindas( si pemuda miskin), sehingga penonton merasa ikut berjuang untuk mengatasi hambatan. Oleh karena itu timbulah ketegangan. Penonton menjadi tidak ingin gagal. Ketegangan akan meningkat apabila kemungkinan gagal semakin besar. Sehingga ketika penonton sudah dipuncak ketegangan, penulis memberikan kejutan dengan sebuah solusi yang menyelesaikan persoalan secara luar biasa.

KONSTRUKSI DRAMATIK

Kondisi antara keinginan/kehendak yang berusaha mengatasi hambatan demi hambatan adalah nilai dramatik dari suatu cerita. Adapun konstruksi dramatik dalam sebuah cerita sebaiknya di susun dari yang rendah sampai yang tertinggi (meningkat terus), yang diahiri pada sebuah puncak yang paling dramatik, yaitu

klimaks.

Setelah mencapai klimaks, unsur dramatik biasanya diturunkan sedikit, yaitu anti klimaks, biasanya diisi adegan-adegan yang sudah tidak ada persoalannya lagi, melainkan keterangan tambahan yang masih perlu disampaikan oleh penulis, untuk menutup cerita.

PERSOALAN-PERSOALAN / PERMASALAHAN CERITA

Perbedaan kondisi merupakan resep favorit dari jaman ke jaman, yang sangat potensial dijadikan akar persoalan atau permasalahan dalam cerita. Mengapa demikian ? karena pada dasarnya setiap orang mempunyai kondisi yang berbeda satu sama lain. Semakin ekstrem perbedaan kondisi tersebut, semakin potensial untuk digarap menjadi ’ biang’ permasalahan.

Jadi perbedaan kondisi dari setiap orang itulah yang kita permainkan dalam membuat cerita. Kontras, tragis, ironis adalah istilah yang kita gunakan sehari-hari untuk mengatakan perbedaan kondisi tersebut. Misalnya : kaya-miskin , pintar-bodoh, cantik - jelek (kontras) . Seorang ayah yang baik dijebloskan kedalam penjara karena terpaksa mencuri sepeda demi uang sekolah anaknya (tragis).

Seorang anak kembar di mana yang seorang menjadi jaksa, sementara saudara kembarnya menjadi kepala gangster (ironis)

Adanya perbedaan kondisi menimbulkan kontras,tragis atau ironis. Sadarilah sebaik-baiknya dan carilah sedetail-detailnya perbedaan-perbedaan kondisi yang mewakili tokoh-tokoh dalam cerita, sehingga dengan sendirinya akan timbul unsur dramatik cerita : Yaitu disatu pihak menginginkan sesuatu, sementara pihak yang lain justru tidak menyukai kondisi pihak pertama. Mempertemukan perbedaan-perbedaan kondisi ini dalam satu arena, akan menmbulkan permasalahan dan konflik.

Semakin pandai kita menajamkan perbedaan-perbedaan kondisi dari para tokoh yang kita ciptakan, semakin tinggi permasalahan dan konflik yang akan dihasilkan. Bahkan bisa jadi mengerikan.

Semakin bodoh atau semakin konyol para tokoh cerita menyikapi perbedaan kondisi ini, semakin berhasilah kita membuat skenario cerita yang menarik, menghanyutkan pemirsa. Kesimpulannya : perbedaan kondisi yang ekstrim dari tokoh-tokoh merupakan bahan yang bagus untuk membuat sebuah cerita/ skenario .Contoh film yang menggunakan resep ”perbedaan kondisi ekstrim” : The Beauty & the Beast , SHREK (dengan Ratu Fiona) , Si Doel Anak Betawi , Romeo & Juliet , The Sound of Music, TITANIC ,

Semakin dahsyat ide-ide kita untuk memberikan kendala-kendala agar tokoh utama tidak segera bisa mencapai keinginannya, semakin tidak ada ruang kosong bagi pemirsa untuk beristirahat dari ketegangan.

Memahami dengan serius pengertian ’adanya perbedaan kondisi’ hampir pada setiap orang dalam menyikapi suatu permasalahan, merupakan suatu tiket yang perlu dimiliki seorang yang berniat menjadi penulis cerita yang ternama.

PENUTURAN ADEGAN DALAM SKENARIO

Adegan-adegan disampaikan dengan mendeskripsikan setiap SCENE .

SCENE merupakan adegan yang terjadi pada suatu tempat dan suatu waktu.

Sehingga penulisan skenario selalu terbagi dalam scene-scene yang memiliki keterangan tempat & waktu. Tempat di golongkan dalam kondisi EXTERIOR ( EXT ,atau di luar bangunan) atau INTERIOR (INT, atau di dalam bangunan )

Contoh :

SCENE 1

EXT. DI KEBUN RUMAH PAK GURU - PAGI

(TEMPAT) (WAKTU)

Pak Guru Susilo sedang menyirami tanaman di kebun, ketika Susana seorang muridnya memasuki kebun ( KETERANGAN SITUASI )

SUSAN :

Selamat pagi Pak Susilo...

PAK GURU :

Oh , Susan..! Selamat pagi. Ada apa kamu pagi-pagi kemari..?

( DIALOG)

Dsb,dsb.

Selanjutnya apabila tempat dan waktu peristiwa kejadian berubah, maka dilanjutkan menjadi scene kedua,ketiga dan selanjutnya.

PLANTING

Kadang-kadang dalam adegan film sering terjadi peristiwa yang dirasakan penonton sebagai ’SUATU HAL KEBETULAN”

Misalnya sang penjahat pada ahir cerita terbunuh di hutan oleh jebakan babi dari bambu-bambu runcing yang sebetulnya dipasang sebagai jebakan babi hutan. Adegan ini sangat konyol apabila sebelumnya belum pernah diperlihatkan sebuah adegan keberadaan jebakan babi tersebut di hutan itu.

”Penanaman” adegan pada scene sebelumnya yang berisi informasi, agar ketika nanti ketika berfungsi tidak berkesan ”kebetulan” , haruslah dilakukan . Penanaman adegan yang berfungsi seperti itu disebut ”planting”

Tidak ada komentar: